9 Januari, Kala Petir Menari

Sore di hari Kamis, tanggal 9 Januari 2020 merupakan sore yang berhasil membuat seisi rumah terdiam gugu.
Ada banyak hal yang membuat seisi rumah gedhe' sore itu. Dan satu suara cukup merangkum kekalutan sore itu. Dan ternyata imbasnya banyak. Hingga sambungan listrik rumah dari PLN tak mengalir secara normal seperti hari-hari yang lalu.
Beruntung, hal itu segera kami sadari. Sehingga kami bisa segera mengurus masalah sambungan listrik tersebut kepada petugas.
Kalian tahu caranya? Caranya mudah, cukup panggil 123 lalu dilanjutkan dengan nomor kota kalian. (Ah, ko berasa jadi ambassador pln ya?)
Ya, begitulah kakak sepupuku mengajariku cara menghubungi petugas pln di kotaku.

Kita lanjut pada kejadian sore itu, ketika petir menyambar bagian atap rumah kami. Seperkian detik setelah suara guntur berlalu, Abi memberi tahuku bahwa ada begitu banyak pecahan (atau remahan?) genting di kamarku. Tentunya pecahan itu berasal dari atap rumah kami. Beruntungnya lagi, sambaran itu tidak menyebabkan lubang yang besar di atap. Sehingga kami tak begitu kebasahan akibat hujan sore itu.

Dan, sebenarnya, hal yang aku ceritakan bukan tentang basah atau tidaknya kami saat itu. Ada hal yang ingin aku ceritakan, bahwa di kondisi yang seperti itu, aku tetap dibuat takjub oleh sikap kalem Abiku. Beliau begitu tenang menghadapi kondisi sore itu. Dan bukan main, beliau bahkan bisa bersyukur dengan kondisi yang seperti itu.
Iya, beliau malah mengatakan "Alhamdulillah, Allah sayang kita. Allah ga berniat membakar rumah kita sama sekali. Dia cuma ingin mengusir dan menghanguskan jin yang ada di atap rumah kita"
Hh, jujur aku bergidik mendengarnya. Agak penasaran, apakah memang benar begitu? Atau hanya sebuah usaha abiku menenangkan semuanya? Entahlah..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rujak Kambang, Kuliner Khas yang Tak Tersebar

Lika-liku Headset